Ingin empat tahun sudah ku menyantri di pesantren
ketika aku kembali ke kampung halaman
sebatas hanya untuk melepas rindu
selalu saja daku tertimpa malu
Ba’da shubuh sehabis shalat
sampai fajar merah naik satu jengkal
selalu ku mengaji dihadapan ayahandaaku tak bisa apa apa
bagai kucing dihadapan singa si raja hutan
salah tingkah kala aku diberondong pertanyaan
seputar ilmu ketika di pesantren
aku malu, dan malu
Ba’da isya’ malam rabu
aku malu lagi
melihat ayah membacakan Bulughul Maram
kitab hadist karangan Ibnu Hajar Al Asqolani
aku selalu berfikir
bisakah diri ini meneruskan ayah
membacakan itu kitab di depan masyarakat ???
Kembali ke pesantren
itu itu saja yang kupikirkan
bisa tidakkah aku meneruskan perjuangan leluhur
sebagai ulama kampung
bisakah…
Ah… Apa yang kubisa, aku malu…
Ba’da ashar di Mushollah kampung
kulihat lagi ayah
dengan manis dia duduk
di depan meja yang agak reot
tengah membacakan Tafsir Ibnu Katsir
sempat aku bersedih, mengeluarkan air mata
terharu…
Kembali aku berpikir.. Bisakah aku…
meneruskan perjuangan leluhur
sedang diri ini tak punya apa apa
Ilmu pun, entahlah…
yang penting aku malu, malu, dan aku malu…
by: Aisyah Az-zahrah <azzahrahaisyah@rocketmail.com>
1 komentar:
bner tuch..tapi di hidup ini ada 2 pilihan.bisa kah kita meneruskan apa yg sudah ada atau membuat jalur sendiri....hidup itu pilihan...bila antum memlih "meneruskan",maka trm konsekuensinya..begitu juga bila membuat "jalur sendiri"...jadi, tak perlu larut dalam kegundahan..
Posting Komentar