Aku Malu Pada Ayahku

Senin

Ingin empat tahun sudah ku menyantri di pesantren

ketika aku kembali ke kampung halaman

sebatas hanya untuk melepas rindu

selalu saja daku tertimpa malu



Ba’da shubuh sehabis shalat

sampai fajar merah naik satu jengkal

selalu ku mengaji dihadapan ayahandaaku tak bisa apa apa

bagai kucing dihadapan singa si raja hutan

salah tingkah kala aku diberondong pertanyaan

seputar ilmu ketika di pesantren

aku malu, dan malu



Ba’da isya’ malam rabu

aku malu lagi

melihat ayah membacakan Bulughul Maram

kitab hadist karangan Ibnu Hajar Al Asqolani

aku selalu berfikir

bisakah diri ini meneruskan ayah

membacakan itu kitab di depan masyarakat ???



Kembali ke pesantren

itu itu saja yang kupikirkan

bisa tidakkah aku meneruskan perjuangan leluhur

sebagai ulama kampung

bisakah…

Ah… Apa yang kubisa, aku malu…



Ba’da ashar di Mushollah kampung

kulihat lagi ayah

dengan manis dia duduk

di depan meja yang agak reot

tengah membacakan Tafsir Ibnu Katsir

sempat aku bersedih, mengeluarkan air mata

terharu…

Kembali aku berpikir.. Bisakah aku…

meneruskan perjuangan leluhur

sedang diri ini tak punya apa apa

Ilmu pun, entahlah…

yang penting aku malu, malu, dan aku malu…





1 komentar:

Abi itu habibi mengatakan...

bner tuch..tapi di hidup ini ada 2 pilihan.bisa kah kita meneruskan apa yg sudah ada atau membuat jalur sendiri....hidup itu pilihan...bila antum memlih "meneruskan",maka trm konsekuensinya..begitu juga bila membuat "jalur sendiri"...jadi, tak perlu larut dalam kegundahan..

Posting Komentar